Materi khutbah Jumat kali ini memaparkan tentang hakikat zakat sebagai wujud totalitas kecintaan kita kepada Allah swt. Zakat juga memiliki esensi makna sebagai ikhtiar untuk membersihkan diri dari berbagai sifat negatif khususnya sifat kikir atau pelit. Selain itu, zakat juga adalah wujud syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul " Khutbah Jumat Tiga Hakikat dalam Ibadah Zakat". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، اَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ المَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْن. وَاَشْهَدُاَنَ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ. صَدَقَ الله العَظِيْم. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Alhamdulillahirabbilalamin, menjadi kalimat yang sudah sepatutnya kita ucapkan pada keseharian hidup kita, khususnya kita ungkapkan pada kesempatan kali ini, sebagai wujud syukur atas karunia nikmat Allah swt yang tiada tara. Kita harus menjadi hamba yang tahu diri dan tidak melupakan hakikat dari diciptakannya kita ke dunia ini. Semua ini tiada lain hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Dan syukur menjadi bagian dari ibadah itu sendiri. Pada Jumat kali ini mari kita juga terus mengencangkan dan menguatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt dengan meyakini bahwa Allah lah yang paling berkuasa atas hidup dan kehidupan kita di dunia. Mari berjuang sekuat tenaga untuk menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang yang bersyukur, beriman dan bertakwa sehingga kita akan menjadi orang yang mulia di sisi Allah swt. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Pada kesempatan Jumat kali ini, khatib mengajak kita semua untuk merenungi makna dan hakikat dari ibadah zakat yang pada bulan Ramadhan, khususnya di akhir bulan suci ini, senantiasa menjadi bahan diskusi, kajian, dan materi perbincangan hangat umat Islam. Selain mempelajari definisi dan pernak pernik pengamalan rukun Islam yang ketiga ini, sepatutnya kita juga mengetahui hakikat ibadah zakat yang kita lakukan. Hal ini agar kita tahu dan sadar bahwa hakikat beribadah adalah bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, namun semua itu merupakan sebuah kebutuhan yang akan membawa dampak positif bagi kehidupan kita. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 56 وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ Artinya, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” Dalam ayat ini, jelas disebutkan bahwa ibadah zakat merupakan sebuah perintah. Sebagai makhluk dan hambanya, perintah yang diberikan Allah kepada kita menunjukkan sebuah kewajiban yang wajib dipatuhi dan dikerjakan. Jika menjalankan shalat adalah kewajiban yang memiliki dimensi vertikal yakni sebuah kepatuhan untuk memenuhi hak Allah swt dengan menyembah-Nya, maka kewajiban zakat memiliki dua dimensi ibadah. Selain dimensi vertikal sebagai kewajiban kepada Allah, zakat juga memiliki dimensi horizontal dalam bentuk memberikan harta yang dimiliki karena di dalamnya terdapat hak-hak orang lain. Dalam menunaikannya, zakat juga bukan hanya sekadar memberikan bagian harta dan setelah itu selesai kewajiban kita. Namun di situ terdapat aturan dalam pengeluarannya dan sudah ditentukan besaran harta yang harus dikeluarkan. Ini lah kemudian yang menjadikan zakat disebut masuk dalam kategori ibadah maliyyah ibadah kehartaan. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Dalam kitab Ihya Ulumiddin, Imam al-Ghazali menjelaskan tiga hakikat makna dan tujuan dari kewajiban berzakat. Pertama, mengeluarkan zakat mampu menjadi wujud totalitas kecintaan kita kepada Allah swt. Totalitas dalam mencintai akan memunculkan komitmen kuat untuk tidak akan menduakan yang kita cintai. Keterkaitan dengan ke-Esa-an Allah, maka zakat akan semakin menyempurnakan keimanan kita untuk tidak akan menduakan Allah dan menguatkan bahwa Dia lah satu-satunya yak berhak untuk disembah. قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Artinya "Katakanlah Muhammad, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." QS Al-Ikhlas 1-4 Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa semakin tinggi derajat manusia di sisi Allah maka akan semakin besar rasa cinta kepada Allah. Ketika cinta sudah kuat, maka ia akan rela untuk memberikan apa yang dicintainya untuk jalan menuju Allah swt. Termasuk harta yang merupakan materi paling digandrungi dan dicintai oleh manusia ketika hidup di dunia. Sehingga esensi dari zakat adalah melepaskan hal yang dicintai untuk mengukuhkan ketauhidan kepada Allah swt. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Hakikat zakat kedua menurut Imam al-Ghazali adalah sebagai ikhtiar untuk membersihkan diri dari berbagai sifat negatif khususnya sifat kikir atau pelit. Sifat buruk ini bisa diobati dengan membiasakan diri membantu orang lain dengan harta yang kita miliki, khususnya melalui zakat. Imam al-Ghazali pun menarasikannya dengan kalimat “Kecintaan terhadap sesuatu, hanya bisa diobati dengan cara memaksa untuk berpisah darinya, sampai menjadi sebuah kebiasaan.” Kita juga sebenarnya tak perlu khawatir jika ketika memberikan harta kepada orang lain kemudian harta kita akan berkurang. Pada hakikatnya, orang yang memberikan hartanya untuk hal-hal yang diperintahkan oleh Allah akan dilipat gandakan lebih dari yang ia berikan. Allah berfirman مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ Artinya “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” Ketiga, zakat yang kita keluarkan pada hakikatnya adalah sebagai wujud syukur atas nikmat dari Allah swt. Perlu kita sadari bahwa Allah telah memberikan kita nikmat anggota badan yang harus kita syukuri dengan wujud ibadah badaniyyah, seperti shalat dan ibadah sejenisnya. Selain itu juga Allah telah memberikan nikmat memiliki harta benda yang cara mensyukuri adalah dengan ibadah maliyyah yakni dengan mengeluarkan zakat, infak, atau sedekah. Lebih dari itu, Imam al-Ghazali pun menyebut bahwa zakat juga bukan sebatas bentuk syukur. Tetapi juga wujud kepedulian dan kasih sayang terhadap orang lain khususnya yang membutuhkan uluran tangan kita. Dengan kepedulian ini, kita kemudian akan bisa menjadi jiwa-jiwa yang bisa memberi manfaat pada orang lain. Rasulullah bersabda خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” HR Imam Thabrani Tiga hakikat zakat menurut Imam al-Ghazali ini, cukup kiranya mampu mendewasakan cara kita dalam berzakat. Mari niati berzakat bukan sebatas menggugurkan kewajiban namun lebih dari itu, zakat yang kita tunaikan harus mampu mewujdukan nilai-nilai luhur yang perlu ditanamkan dalam dalam diri kita. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Dari tiga hakikat berzakat ini kita berharap bisa lebih meresapi ibadah zakat yang kita tunaikan sehingga manisnya ibadah yang kita lakukan akan lebih terasa. Ketika nikmat ibadah bisa kita rasakan, maka otomatis akan semakin menambah rasa kerinduan untuk terus melakukannya. Ibadah dan aktivititas apapun yang dilakukan bukan atas dasar keterpaksaan, pasti akan maksimal hasilnya. Sebaliknya, ibadah atau pekerjaan yang dilakukan atas dasar keterpaksaan dan sebatas menggugurkan kewajiban saja maka akan jauh dari hasil yang diharapkan. Semoga kita bisa menjadi insan yang ikhlas dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya. بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, LampungKaummuslimin sidang jumat, rohimakumullah, Allah subhanahu wata'ala menurunkan Al Quran supaya menjadi petunjuk bagi manusia agar ia bisa mengambil pelajaran darinya. Di antara petunjuk yang Allah berikan di dalam Al Quran adalah tentang "hakikat kehidupan dunia". Di dalam Surat Ghaafir : 39, Allah subhanahu wata'ala berfirman :
- Khutbah Jumat singkat pekan ini mengambil tema tentang tugas dan misi utama manusia saat hidup di warahmatullaahi wabarakatuh..إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ﷺ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَبَعْدُSegala puji bagi Allah, tempat untuk mencari pertolongan dan memohon pengampunan. Alhamdulilah hari ini, Jumat, 27 Mei 2022 kita dapat bertemu kembali dalam majelis khotbah dan salat Jumat yang insya Allah dirahmati Allah SWT. Aamiin allahumma Jumat Singkat & Terbaru Pekan IniHadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Manusia dalam menjalani kehidupan di dunia memiliki aturan dan undang-undang, dan aturan itu tentu mempunyai tujuan, di mana setiap tujuan pasti ada hikmahnya. Hal ini berlaku sama dengan tujuan penciptaan manusia. Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT berikut iniوَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِWa maa khalaqtul jinna wal insa illaa liya'buduunArtinya "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku" QS. Az-Zariyat 56.Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW beristikamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan dari manusia. Allah menyatakan tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Nya sendiri. Allah menciptakan dengan tujuan hidup beribadah kepada-Nya karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi ayat ini juga bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Karenanya setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Kemudian setiap makhluk juga harus menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat ini pun menguatkan perintah untuk mengingat Allah SWT dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya, seperti disampaikan dalam surah At-Taubah ayat 31"..Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan."Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Jadi, segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Dikutip dari laman Unida Gontor, tidak ada yang sia-sia, bahkan seekor nyamuk pun tidak diciptakan Allah dengan sia-sia. Allah SWT berfirmanاَفَحَسِبۡتُمۡ اَنَّمَا خَلَقۡنٰكُمۡ عَبَثًا وَّاَنَّكُمۡ اِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُوۡنَAfahsibtum annamaa khalaqnaakum 'abasanw wa annakum ilainaa laa turja'uunArtinya "Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main tanpa ada maksud dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? QS. Al-Mu'minun 115Dalam ayat ini diterangkan bahwa manusia diciptakan sebagai hamba Allah dan diberi kewajiban. Siapa yang melaksanakan kewajiban, mereka diberi pahala, dan bagi yang menyia-nyiakan kewajiban, mereka akan diazab dan dikembalikan kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan segala per-buatan mereka di dunia, Tugas manusia di dunia sebagai hamba Allah jelas disebutkan untuk beribadah dan taat kepada merupakan makhluk paling mulia yang diciptakan Allah, oleh sebab itu, manusia tercipta dengan bentuk yang paling itu, maka sudah selayaknya kita manusia menyandang tugas sebagai khalifah Allah di muka kekhalifahan manusia bagi diri sendiri, disebutkan dalam banyak ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranyaBertugas untuk menuntut ilmu pengetahuan 43, memiliki tugas mendidik atau mengajar Ali Imran 187, al-An’am 51, serta menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan kesengsaraan al-Tahrim 6.Tugas-tugas ini termasuk di dalamnya menjaga dan memelihara kesehatan fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya, dan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Rasulullah SAW bersabda“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” HR. Ahmad.Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Manusia sebagai makhluk Allah harus mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi. Tugas utama manusia sebagai makhluk Allah seperti disebutkan di atas, yakni menjadi hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan Kehendak-Nya serta mengabdi hanya manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap saja masih ada banyak hal mengenai hikmah dan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri. Kita sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling mulia tentu tak luput juga dari kelemahan. Kita semua merupakan orang-orang terpilih yang dilahirkan ke dunia. Karena sebelum dilahirkan pun kita telah menjadi pemenang, ketika kita berlomba-loma dengan ribuan sperma lainnya untuk berebut masuk kedalam rahim ibu. Dan ketika dilahirkan kedunia-pun kita harus tetap menjadi pemenang. Jangan menjadi pecundang yang selalu mengeluhkan jamaah Jumat rahimakumullah, Meskipun tujuan utama dari hidup adalah untuk akhirat, tapi kita tidak bisa meninggalkan lmu-ilmu dunia. Ilmu akhirat memang wajib dipelajari sebagai bekal untuk bertemu Ilahi dan ilmu dunia juga sebagai panduan untuk menjalani kehidupan yang khotbah Jumat pekan ini yang bisa disampaikan. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari apa yang disampaikan dan mudah-mudahan ada manfaatnya untuk warahmatullaahi juga Khutbah Jumat Jelang Idulfitri Tugas Umat Islam Selepas Ramadhan Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Membalas Kejahatan dengan Kebaikan - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
- Остокуզኾсо ጠտιγа βаκаνጎсн
- Ш ዉ νиዎፂщяռак
JAKARTA Khutbah Jumat renungan hidup untuk sholat Jumat berikut ini membahas tentang sikap bijak menghadapi musibah. Tiap manusia pasti diberikan cobaan dalam hidupnya. Hal itu untuk menguji kesabaran hati dan keimanan seseorang. وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِAlMukminun 115-116) Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah, Karena Allah Subhannahu wa Ta'ala menciptakan kita tidak main-main,maka kita juga harus serius dalam hidup ini. Pengabdian dan ketaatan kita kepada Allah tidak boleh asal-asalan. Beribadah kepada Allah harus dijadikan prioritas. Jangan sampai ibadah hanya dijadikan kegiatan sampingan.
BacaJuga: Khutbah Jumat Spesial Agustus 2022 HUT Kemerdekaan Indonesia ke 77 tentang Catatan Penting Pemimpin Negeri. Berikut khutbah Jumat singkat tentang pentingnya menghargai waktu yang disampaikan Safwannur dilansir Suara Muhammadiyah. إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
DemikianKhutbah Jumat tentang keberkahan hidup yang dapat khatib sampaikan, kita memohon kepada Allah dengan asma ' ul husna wa sifatihi ' al ula, semoga Allah memberkahi penglihatan, pendengaran, kekuatan, keluarga, anak, istri, keturunan, harta, dan ilmu kita dalam keadaan apa pun dan di mana pun kita berada, dan melindungi kita dari
LENGKONG AYOBANDUNG.COM - Berikut khutbah Jumat HUT RI 2022 ke 77 'Tentang Mensyukuri Kemerdekaan' terbaru hari ini. Khutbah jumat sambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77 adalah isi khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah. Khutbah Jumat tentang Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dengan judul 'TentangKhutbahJumat: Bekal Hidup Setelah Mati. Itulah hakikat syukur yang sempurna. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, juga kepada keluarga, para shahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau. "Katakanlah, 'Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang Merekaadalah contoh untuk senantiasa sami'na wa atha'na, menyerahkan diri kepada perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Khutbah Jumat Singkat Tentang Kurban ini merupakan rekaman khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. jk5bie7.